“Kingdom of the Planet of the Apes“ merupakan film lanjutan dari franchise trilogi “Planet of the Apes” yang berakhir di film dengan judul “War of the Planet of the Apes” pada tahun 2017. Fans dan penonton yang memiliki ikatan emosional dengan franchise “Planet of the Apes”, tentu sangat menanti-nanti menyaksikan dunia kera (apes) yang sudah diperjuangkan Caesar.
Kompleksitas Kingdom of the Planet of The Apes Digambarkan dengan Sangat Baik
“Kingdom of the Planet of the Apes” menceritakan evolusi dunia kera dengan kecerdasan yang tinggi. Ia sudah hidup dengan memiliki tradisi dan sistem kepercayaan. Layaknya manusia prasejarah, kera memiliki klan-nya masing-masing. Film ini berfokus pada Klan Elang dengan tokoh utama yang bernama Noa.
Franchise “Planet of the Apes” selalu berhasil menggabungkan elemen aksi, drama, dan sains fiksi dengan cara yang sangat efektif. Narasinya yang kaya memberikan pandangan mendalam tentang tema-tema seperti kekuasaan, kemanusiaan, dan evolusi. Efek visual dalam film ini juga sungguh luar biasa. Terutama dalam penggambaran kera yang sangat realistis. Animasi dan CGI (Computer Generated Imagery) digunakan dengan sangat baik. Tujuannya untuk menciptakan karakter yang hidup dan ekspresif, sehingga mampu menyampaikan emosi dan kompleksitas mereka secara mendalam.
Salah satu kekuatan utama franchise “Planets of the Ape” adalah penggunaan teknologi motion capture yang canggih. Teknologi ini memungkinkan para aktor memberikan penampilan yang sangat realistis, kemudian diterjemahkan ke dalam animasi karakter kera. Hal ini menghasilkan interaksi yang sangat meyakinkan antara karakter kera dan manusia, serta lingkungan sekitar mereka. Efek visual dan sinematografi juga menambahkan kedalaman pada dunia yang dibangun dalam film ini. Sehingga memberikan pengalaman yang benar-benar imersif bagi para penonton.
Film “Kingdom of the Planet of the Apes“ merupakan gebrakan CGI di mana elemen seperti api, air, hingga partikel debu yang sudah terlihat luar biasa realis. Tidak hanya itu, teknologi motion capture dapat digunakan untuk menceritakan kisah yang kompleks dan emosional. Dalam studi animasi, film ini dapat dilihat sebagai model untuk bagaimana karakter non-manusia dapat dianimasikan dengan cara yang sangat realistis dan mengekspresikan emosi yang mendalam.
Berkaca dari franchise “Planets of the Ape” dengan penggunaan visual efek dan motion capture, membuat adanya kebutuhan acting untuk mahasiswa yang ingin menggeluti dunia sinematografi, visual efek, hingga animasi.
Eksplorasi Seni Peran dalam Prodi Digital Animasi
Multimedia Nusantara Politeknik (MNP) memiliki program studi Digital Animation. Nantinya mahasiswa tidak hanya memiliki kemampuan secara teknis di visual efek. Namun, juga kemampuan seni peran di mata kuliah “Acting in Animation”.
Mahasiswa akan belajar mengeksplorasi seni bermain peran yang diperuntukan untuk memaksimalkan kemampuan animating mereka, agar hasil dari animating mereka dapat lebih hidup setelah memahami acting. Mahasiswa juga dapat mengeksplor kemampuan animasi dan acting mereka dengan teknologi motion capture yang dimiliki oleh kampus MNP, juga lab khusus animasi dengan spesifikasi tinggi yang memang diperuntukan untuk peminatan dan pengembangan teknis animasi.
Temukan informasi seputar MNP lainnya pada sosial media kami di @multimedianusantarapolytechnic untuk Instagram dan @lifeatmnp untuk TikTok.
Penulis: Sella Arby, M.Hum.,
Dosen Program Studi Digital Animation MNP