Integrasikan Kurikulum dengan Sustainability, Upaya MNP Berkontribusi pada Masa Depan Dunia

Category
Release Date
July 23, 2025
Reading Time
4 minutes

 

Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP) mulai meneguhkan komitmen terhadap penerapan keberlanjutan (sustainability) melalui penyelenggaraan Seminar Penguatan Kurikulum Berbasis SDGs. Seminar bertema Sustainable Development Goals (SDGs) diselenggarakan pada 23 Juli 2025 di Mandala Theater, Kampus MNP, Gading Serpong, Tangerang. Pembicara utama pada seminar ini adalah Maria Advenita Gita Elmada, Center of Sustainability Manager, Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

 

Sustainability

 

Membuka seminar, Hargyo Tri Nugroho Ignatius selaku Direktur MNP menyampaikan pandangannya mengenai bagaimana institusi pendidikan politeknik dapat berkontribusi pada keberlanjutan. Sebagai direktur politeknik yang ingin mengedepankan isu sustainability dalam seluruh proses pembelajaran, ia merasa perlu adanya integrasi kurikulum dan operasional.

 

“Ada tiga hal yang mau ditanamkan pada keberlanjutan, yakni People, Planet, dan Prosperity (3P’s) yang terangkum dalam SDGs. Hal ini sudah jadi kebutuhan di industri, karena mau punya employee (pekerja) yang sudah paham dengan 17 goals di SDGs. Sehingga sustainability akan diintegrasikan dengan kurikulum dan operasional di MNP,” ungkap Hargyo.

 

Penerapan SDGs sudah sangat sejalan dengan tagline MNP, yakni “Build Your Future, Be The Future”. Sehingga penyelenggaraan seminar ini menjadi Langkah strategis untuk menyiapkan masa depan MNP dan berkontribusi pada masa depan dunia.

 

“Mari kita pahami dan belajar untuk mendukung SDGs ini dalam kehidupan kita di kampus dan bermasyarakat!” ucapnya.

 

Sustainability

 

Mengapa Sustainability Penting?

 

Pada pemaparan awalnya, pembicara utama yang lebih akrab dipanggil Vita ini mengungkapkan bahwa 3P’s secara global sudah dalam ancaman. Salah satunya adalah climate change yang menjadi ancaman nyata karena bumi sekarang sudah mengalami kenaikan suhu sebesar 1,6 derajat celcius. Angka ini bahkan sudah melampaui ambang batas Paris Agreement sebesar maksimum 1,5 derajat celcius.

 

The world is changing, efeknya kepada kelangkaan pangan, dan sebagainya. Jangan sampai kita menyesal, karena perubahan lingkungan disebabkan oleh manusia. Sementara krisis sosial sudah menyebabkan timbulnya climate refugees, pengangguran muda dan ketidakpastian kerja yang meningkat di seluruh dunia,” jelasnya

 

Untuk prosperity, secara umum terancamnya 3P’s menyebabkan kerugian ekonomi global pada 2025. Vita menyampaikan, keberlanjutan adalah bagaimana kita hidup, bekerja, dan membangun hari ini tanpa merusak kesempatan generasi berikutnya untuk melakukan hal yang sama.

 

“Ini sangat sesuai dengan tagline MNP. Menyiapkan talenta masa depan tetapi sambil berkontribusi untuk memastikan masa depan itu eksis untuk generasi berikutnya,” ujar Vita.

 

Sustainability

 

Penerapan SDGs

 

Pada penjelasan lebih rinci, Vita yang juga men jadi dewan direksi dari International Environmental Communication Association menekankan pentingnya 3 dimensi keberlanjutan. lingkungan, sosial, dan ekonomi, bukan memilih satu dari tiga, tetapi menyatukan ketiganya: bumi yang sehat, manusia yang sejahtera, dan ekonomi yang berdaya.

 

SDGs juga bukanlah kumpulan 17 tujuan yang bisa dipilih sebagian, tetapi kerangka terpadu yang saling terhubung dan memperkuat. Peran politeknik bukan hanya menerapkan Sebagian SDGS, tetapi harus secara aktif berkontribusi pada pencapaian keseluruhan agenda ini melalui pendidikan, riset, dan pengabdian.

 

“Kenapa harus contribute? Setelah 1 dekade SDGs berjalan, pencapaiannya baru 16,7 dari seluruh target SDGs yang mencapai target. Sisanya stagnan atau bahkan mengalami kemunduran, penyebabnya konflik geopolitik, krisi iklim, pandemi, dan ketimpangan. Capaian Indonesia tahun ini berada di peringkat 77 dari 167 negara dengan skor indeks SDGs  70,2. Kekuatannya ada di pengurangan kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan. Tantangan utamanya ada di ketimpangan, aksi iklim, dan keanekaragaman hayati darat & laut,” terangnya.

 

Lebih lanjut, Vita menyampaikan informasi dan fakta mengenai Technical and Vocational Education and Training (TVET) hari ini punya peran lebih besar. Menjadi kunci penting dalam Pembangunan Berkelanjutan yang lebih besar: menjadi motor transisi menuju masa depan berkelanjutan.

 

Sustainability

 

Kontribusi Politeknik terhadap Keberlanjutan

 

Berdasarkan dokumen-dokumen global seperti Agenda 21; UNESCO Recommendations Concerning TVET; SDGs Agenda 2030 target 4.3, 4.4, 4.5; ESD for 2030 Roadmap; UNESCO Strategy for TVET 2022-2029, institusi pendidikan tinggi, khususnya politeknik diharapkan mampu:

  1. Menjawab kebutuhan keterampilan hijau (green skills worker). Keterampilan efisiensi energi, desain berkelanjutan, pemanfaatan dara untuk pengelolaan sumber daya, hingga pemahaman rantai pasik yang bertanggung jawab yang kini menjadi esensial di berbagai sektor.
  2. Mendukung digitalisasi yang berkelanjutan, pemanfaatan tidak hanya efisiensi tetapi juga mendorong solusi atas masalah lingkungan dan sosial. Misal: monitoring sistem energi, platform edukasi digital inklusif.
  3. Membangun etos kerja yang bertanggung jawab sebagai soft skills, di samping hardskills untuk melatih nilai: tanggung jawab lingkungan, empati, dan komitemen terhadap etika kerja.

 

Lalu, kenapa Politeknik harus bertransformasi?

  1. Merespons transformasi dunia kerja
  2. Pendidikan yang mempersiapkan masa depan
  3. Peran strategis politeknik dalam pembangunan berkelanjutan
  4. Kesempatan untuk memimpin perubahan sosial & ekologis, karena
    1. Dunia berubah cepat, digitalisasi, krisis iklim, disrupsi industri
    2. Kurikulum harus mencetak problem-solver (problem-based learning)
    3. SDGS kerangka global, mengubungkan keahlian teknis dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan)
    4. Politeknik = pusat skilling à peran strategis dalam menyiamkan green & digital-ready workforce

 

Penerapan keberlanjutan juga harus berpedoman pada prinsip-prinsip Educational Sustainable Development dalam kurikulum Politeknik:

  1. Transformative learning
  2. Futures Thinking
  3. Interdisciplinarity
  4. Participation & Empowerment
  5. Global-Local Relevance (Glocal)

 

Sementara itu, jika MNP ingin mengintegrasikan kurikulum dengan nilai-nilai keberlanjutan seperti SDGs, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:

  1. Pemetaan Kurikulum
  2. Penyesuaian Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
  3. Pengembangan Metode Pembelajaran
  4. Kolaborasi Antarprodi & Dosen

 

Vita menutup seminar dengan meberikan semangat untuk manajemen MNP, bahwa integrasi SDGs bukan beban baru. Integrasi SDGs justru bisa menjadi alat bantu membuat pembelajaran lebih kontekstual, bermakna, dan relevan dengan masa depan.

 

Sustainability