Perguruan Tinggi Vokasi Swasta di Indonesia berkolaborasi mendeklarasikan Perkumpulan Politeknik Swasta (Pelita) Indonesia. Sebanyak 31 Politeknik dari seluruh Indonesia menandatangani naskah deklarasi pembentukan perkumpulan ini, termasuk Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP), yang dilaksanakan pada Sabtu (21/5) di Tegal, Jawa Tengah.
Saat ini sudah tergabung dalam jaringan komunikasi 49 Politeknik Swasta dari total 203 Politeknik Swasta yang ada di Indonesia. Tujuan utama pendirian Pelita Indonesia adalah untuk menghimpun politeknik swasta untuk bekerja sama agar menjadi perguruan tinggi vokasi yang unggul di Indonesia. Tujuan ini lahir di tengah kondisi bahwa pendidikan vokasi masih perlu dikembangkan secara kolektif melalui komunitas yang bisa saling mendorong pengembangan mutu institusi masing-masing.
Pada kegiatan pembentukan Pelita Indonesia, juga dilakukan pemilihan ketua, pembentukan struktur organisasi, pembuatan AD/ART, hingga pembuatan program kerja. Ketua Umum Pelita Indonesia, Akhwanul Akmal mengatakan Pelita Indonesia dibentuk karena belum ada organisasi yang menampung politeknik swasta untuk saling membantu antaranggota mendukung dan menjalankan program yang dibuat pemerintah.
“Memang harus saling bahu-membahu, tidak bisa sendiri-sendiri. Sehingga kami membutuhkan organisasi untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan sumber daya manusia di Indonesia. Sekaligus berkolaborasi untuk mewujudkan perguruan tinggi vokasi yang unggul di Indonesia sehingga semua bersepakat untuk membentuk organisasi,” ujar Akhwan.
Lebih lanjut, seluruh politeknik swasta yang ikut serta dalam deklarasi pembentukan Pelita Indonesia diharapkan bisa berkontribusi untuk mewujudkan tujuan serta program yang dicanangkan. Tak terkecuali MNP sebagai bagian dari Kelompok Kompas Gramedia yang memiliki kampus di wilayah Tangerang, Banten. Roy Anthonius selaku Direktur MNP turut menghadiri deklarasi PELITA ini.
“Saya berharap MNP dapat berkontribusi membangun Politeknik Swasta di Indonesia dengan terlibat aktif sebagai salah satu pengurus pusat,” kata Roy.
Roy juga memiliki harapan agar calon mahasiswa melihat bahwa politeknik merupakan model perguruan tinggi yang tepat untuk menjadi generasi yang bisa diandalkan di industri. Hal ini dikarenakan pendidikan di politeknik, termasuk di MNP, berbasis terapan sehingga lulusannya telah dibekali kemampuan yang mumpuni untuk bisa bersaing lebih baik dengan lulusan perguruan tinggi pada umumnya.
“Semoga mahasiswa yang belajar di politeknik bisa menjadi lulusan yang unggul di tingkat global dalam bidang inovasi terapan untuk mencerahkan kehidupan bangsa,” tutup Roy.