Perguruan tinggi vokasi di Tanah Air semakin dilirik oleh lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Hal ini terlihat dari hasil riset yang diadakan Markplus, Inc serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada 2021.
Riset terhadap 500 responden yang terdiri atas siswa dan orangtua murid SMA/SMK tersebut mengungkap bahwa 78,7 persen responden tertarik melanjutkan studi ke pendidikan vokasi.
Masih dari riset yang sama, ketertarikan tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari prospek kerja yang bagus, masa studi yang singkat, hingga tingginya peluang kerja setelah lulus.
Meski demikian, sejumlah tantangan masih harus dihadapi oleh instansi pendidikan tinggi vokasi, seperti menyelaraskan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri dan mengubah persepsi pendidikan tinggi vokasi sebagai sekolah pilihan kedua setelah universitas.
Mengarusutamakan pendidikan tinggi vokasi
Untuk mengarusutamakan pendidikan tinggi vokasi, Kemendikbud Ristek telah menyiapkan sejumlah strategi. Salah satunya adalah mendorong perguruan tinggi vokasi untuk memenuhi standar akreditasi, terutama akreditasi A.
Selain itu, Kemendikbud Ristek juga mendorong peningkatan kompetensi tenaga pengajar di pendidikan tinggi vokasi. Pengajar diminta mengikuti pendidikan ataupun pelatihan di dalam maupun di luar negeri. Mereka juga dituntut menyelesaikan pelatihan vokasi dan memperoleh sertifikasi kelayakan mengajar.
Dari segi kurikulum, Kemendikbud Ristek meminta instansi perguruan tinggi untuk menyiapkan program link and match dengan sektor industri. Mahasiswa pun diwajibkan mengikuti magang di sejumlah industri yang telah bekerja sama pada program tersebut. Mahasiswa baru dapat dinyatakan lulus setelah memperoleh sertifikasi dari tempat magang.
Kemudian, Kemendikbud Ristek juga berusaha mengubah citra politeknik atau perguruan tinggi vokasi di mata calon mahasiswa dan orangtua.
Sebelumnya, perguruan tinggi vokasi identik dengan program Diploma 1 (D1), Diploma 2 (D2), dan Diploma 3 (D3). Lulusan program tersebut dianggap kalah berkualitas ketimbang lulusan program Sarjana 1 (S1) di universitas umum.
Citra tersebut diubah dengan keberadaan program Sarjana Terapan atau Diploma 4 (D4). Untuk diketahui, peningkatan program D3 menjadi Sarjana Terapan merupakan salah satu terobosan yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) Kemendikbud Ristek.
Terobosan tersebut bertujuan agar lulusan pendidikan tinggi vokasi memiliki kualitas yang sama dan mampu bersaing dengan alumni universitas. Dengan demikian, perguruan tinggi vokasi dapat menciptakan SDM unggul dan berdaya saing yang relevan sesuai kebutuhan industri.
Selanjutnya, paradigma di masyarakat bahwa berkuliah di politeknik harus murah juga perlu dibenahi. Pasalnya, biaya pendidikan di politeknik terbilang tak murah.
Hal itu dikarenakan pendidikan politeknik mengusung metode pembelajaran, kurikulum, serta fasilitas penunjang yang mumpuni. Semakin berkualitas suatu institusi pendidikan, semakin tinggi pula biaya studi yang ditetapkan.
Itu berarti, menempuh pendidikan di kampus politeknik dengan berbiaya tinggi, calon mahasiswa dan orangtua akan mendapatkan layanan pendidikan berkualitas. Dengan begitu, lahir lulusan dengan kompetensi unggul sehingga mudah diserap oleh industri.
Pilihan pendidikan tinggi vokasi
Adapun salah satu perguruan tinggi vokasi di Tanah Air yang telah menjalankan Kemendikbud Ristek adalah Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP). Kampus ini menyediakan program Sarjana Terapan yang telah disesuaikan dan relevan dengan kebutuhan SDM sektor industri.
Kampus yang berlokasi di Gading Serpong, Tangerang, Banten, itu didirikan pada 2021 oleh Yayasan Multimedia Nusantara, sebuah badan penyelenggara yang sukses mendirikan Universitas Multimedia Nusantara dengan akreditasi unggul (A) dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Sebagai bagian dari Kelompok Kompas Gramedia, MNP mengusung visi “Enlightening and Empowering Nusantara’s Talent in the Field of Creative Technology”.
Adapun program studi (prodi) yang tersedia di MNP adalah Digital Animation, Event Management, dan E-Commerce Logistics dengan gelar lulusan Sarjana Terapan.
Untuk diketahui, prodi Digital Animation merupakan jurusan yang mendalami keahlian dalam memproduksi animasi dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D), motion graphics, efek visual, serta aset-aset game.
Pada prodi Event Management, mahasiswa akan mempelajari pengelolaan acara dengan optimalisasi teknologi. Sementara, prodi E-Commerce Logistic mempelajari business operation serta manajemen sumber daya dan logistik, mulai dari digital supply chain, distribusi, hingga warehousing.
Guna mempercepat kelahiran tenaga praktisi yang andal, kurikulum pendidikan tinggi vokasi di MNP diformulasi dengan mengadaptasi konsep 6-2, yakni 6 semester belajar di kelas bersama dosen dan praktisi serta 2 semester magang di industri.
Kemudian, metode pengajaran MNP dirancang khusus dengan konsep 70-30, yakni 70 persen praktik dan 30 persen teori atau konseptual. MNP menggunakan sistem e-learning dengan fasilitas berkualitas untuk menunjang efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar.
Dengan dukungan dari berbagai sektor industri, MNP menargetkan dapat masuk jajaran 10 politeknik terbaik di Indonesia pada sepuluh tahun mendatang.
Guna mewujudkan hal tersebut, MNP telah menyediakan gedung kampus berfasilitas lengkap, dosen, dan manajemen pendukung yang kompeten.
MNP juga menyediakan sejumlah program beasiswa unggulan, terutama bagi calon mahasiswa yang memiliki passion yang sesuai dengan prodi di MNP, yakni Digital Animation, Event Management, dan E-Commerce Logistics.
Untuk informasi selengkapnya mengenai MNP, silakan kunjungi laman mnp.ac.id.